MAKALAH
MATEMATIKA SMA
PELUANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika
SMA
Dosen Pengampu : Rina Dwi S, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 12/4D
Fendi Fahruddin Muchtar 11310152
Nike Setyowati 11310177
Anik Zahrotus Sajida 11310184
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU
PENGETAHUAN ALAM
IKIP
PGRI SEMARANG
2013/2014
PETA KONSEP
A.
Kaidah Pencacahan
1.
Aturan Perkalian
Teorema
1.1: Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1
buah cara, dan untuk setiap operasi ini dapat dilakukan operasi kedua sebanyak
n2buah cara,maka kedua operasi ini dapat dilakukan bersamaan dengan
n1⋅ n2 cara.
Contoh :
Tentukan
jumlah titik sampel dalam pelantunan dua buah koin!
Jawab :
Koin pertama memberikan 2
macam keluaran. Untuk setiap hasil, koin kedua menghasilkan 2 macam keluaran juga. Dengan demikian, sepasang koin akan menghasilkan 2 . 2 = 4 macam keluaran.
Teorema
1.2 : Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1 buah cara, dan untuk setiap operasi ini dapat dilakukan
operasi kedua sebanyak n2 buah cara,
dan untuk setiap operasi ini dapat dilakukan operasi ketiga sebanyak n3
buah cara, … dst, maka k buah operasi ini dapat dilakukan bersamaan sebanyak n1⋅ n2 … ⋅ nk cara.
Contoh
:
Suatu restoran
memiliki 4 jenis lauk–pauk, 3 jenis sayuran, 5 jenis kerupuk, dan 4 macam jus.
Ada berapa banyak menu yang bisa dibuat
oleh restoran tersebut, jika setiap menu
terdiri dari satu buah lauk, satu
mangkuksayur,
1 bungkus kerupuk, dan 1 gelas jus?
Jawab
:
akan ada 4 ⋅ 3 ⋅ 5 ⋅ 4 = 240 macam menu.
2.
Permutasi
Def.1.10
: Permutasi adalah penyusunan dari seluruh atau sebagian
dari sekumpulan objek dalam suatu urutan tertentu.
Dalam permutasi urutan diperhatikan.
Contoh:
Tiga buah
huruf a, b, c dapat disusun sebagai abc, acb, bac, bca,cab, dan cba.
Berdasarkan aturan perkalian,
untuk n buah objek akan ada : n(n-1) … 2⋅1 = n!
Teorema 1.3
: Jumlah permutasi dari n objek berlainan adalah n!
Contoh:
4 buah huruf a, b, c, d dapat di-permutasikan sebanyak
Jawab :
4! = 4⋅3⋅2⋅1 = 24
a.
Notasi Faktorial
Perhatikan perkalian
bilangan berikut
Tanda “!” disebut
notasi faktorial
Dengan demikian,
faktorial dapat didefinisikan sebagai berikut
Jika n bilangan asli maka n faktorial (ditulis
n!)didefinisikan dengan
Dari definisi di
atas, kita juga memperoleh
Contoh :
Nyatakan 6 x 5 dalam bentuk faktorial
Jawab :
b.
Pembatasan Unsur
Ø Teorema 1.4
: Banyaknya permutasi r benda dari n benda yang berbeda
adalah
n P r
= 
Contoh
:
Berapa
Banyaknya cara mengambil tiket undian untuk pemenang pertama dan kedua dari 20
tiket?
Jawab :
20 P 2 =
Ø Banyaknya permutasi untuk sejumlah n benda di mana
jenis/kelompok pertama berjumlah n1
jenis/kelompok kedua berjumlah n2
: :
:
:
jenis/kelompok ke-k berjumlah
nk
Adalah
Contoh
:
Berapa permutasi dari kata STATISTIKA?
Jawab
: n(P) = 10
n(S)
= 2
n(T)
= 3
n(A)
= 2
n(I)
= 2
n(K) = 1

c.
Siklis
Teorema 1.5
: Banyaknya permutasi n benda
yang disusun dalam suatu lingkaran adalah (n-1)!
Contoh :
Sebanyak 6
orang mengadakan rapat. Mereka duduk menghadap sebuah meja bundar. Berapa
banyak cara mereka menempati kursi yang disusun melingkar itu?
Jawab :
Banyak cara
mereka menempati kursi ditentukan dengan permutasi siklis yaitu
cara
3.
Kombinasi
Kombinasi r obyek yang dipilih dari n obyek adalah susunan r obyek tanpa
memperhatikan urutan.
Karena banyak
permutasi k unsur adalah k! dan
kombinasi tidak memerhatikan urutan maka permutasi dapat diartikan sebagai k!
dari kombinasi.
Dengan demikian,
diperoleh
Jadi, dapat
disimpulkan sebagai berikut
Kombinasi k unsur dari n unsur yang tersedia dirumuskan dengan
Contoh :
B.
Peluang Suatu Kejadian
1.
Percobaan, Sampel, Kejadian
Eksperimen (Percobaan) informasi (masalah)
Jenis
eksperimen yang kita bahas adalah
eksperimen yang mempunyai karakteristik
sbb:
1. Hasil
ekperimen tak dapat diduga sebelumnya dengan tingkat keyakinan yang pasti.
2. Semua
hasil yang mungkin dapat didefinisikan terkandung dalam suatu himpunan.
3. Dapat
diasumsikan bisa dilakukan berulangulang dalam kondisi yang sama.
Eksperimen-eksperimen tersebut dinamakan
eksperimen acak (random experiment), sedangkan, himpunan semua hasil
yang mungkin dari suatu eksperimen acak disebut ruang sampel (sample space).
Himpunan
(set) adalah kumpulan objek atau sekumpulan benda–benda/objek
dengan aturan tertentu, yang dinotasikan dengan huruf besar atau { } (kurung
kurawal).
Yang dimaksud dengan ruang sampel
suatu percobaan adalah himpunan semua outcome/hasil
yang mungkin dari suatu percobaan.
Anggota ruang sampel tersebut dinamakan titik
sampel.
Ruang Sampel dilambangkan dengan :
S =
{s1, s2,...}
n(S) =
banyaknya anggota S
Contoh beberapa percobaan adalah:
l Pelemparan sebuah atau beberapa buah mata uang.
l Pelemparan sebuah atau beberapa mata dadu.
Ruang Sampel pada
percobaan pelemparan sebuah mata uang :
l A adalah titik sampel
yang menyatakan munculnya angka.
l G adalah titik sampel
yang menyatakan munculnya gambar.
Ada 3 cara
menentukan ruang sampel dari suatu percobaan :
1. Dengan
mendaftar langsung
Contoh
:
Kejadian
yang muncul pada peristiwa pelemparan sebuah dadu adalah:
1-munculnya angka 1
2-munculnya
angka 2
3-munculnya
angka 3
4-munculnya
angka 4
5-munculnya
angka 5
6-munculnya
angka 6
2. Dengan
diagram pohon
Kejadian yang muncul pada peristiwa pelemparan 2 buah
mata uang adalah :
Mata Mata Kejadian pd
Uang I Uang II Pelemparan
2 mata uang
A AA
A G AG
A GA
G G GG
S
= {AA,
AG, GA,
GG}
n(S)
= 4
Kejadian yang muncul pada peristiwa pelemparan 3 buah
mata uang adalah:
Kejadian pelemparan Mata Kejadian pelemparan
2 mata uang Uang
III 3 mata uang
A AAA
AA G AAG
A AGA
AG G AGG
A GAA
GA G GAG
A GGA
GG G GGG
S = {AAA, AAG, AGA, AGG, GAA, GAG, GGA, GGG}
n(S) =
8
3. Dengan
tabel.
Kejadian yang muncul pada peristiwa pelemparan 2
buah dadu adalah :
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
1,1
|
1,2
|
1,3
|
1,4
|
1,5
|
1,6
|
2
|
2,1
|
2,2
|
2,3
|
2,4
|
2,5
|
2,6
|
3
|
3,1
|
3,2
|
3,3
|
3,4
|
3,5
|
3,6
|
4
|
4,1
|
4,2
|
4,3
|
4,4
|
4,5
|
4,6
|
5
|
5,1
|
5,2
|
5,3
|
5,4
|
5,5
|
5,6
|
6
|
6,1
|
6,2
|
6,3
|
6,4
|
6,5
|
6,6
|
S = {1,1 ; 1,2 ; 1,3 ; 1,4 ; 1,5 ; 1,6 ; 2,1 ; 2,2 ; 2,3
; 2,4 ; 2,5 ; 2,6 ; 3,1 ; 3,2 ; 3,3 ; 3,4 ; 3,5 ; 3,6 ; 4,1 ; 4,2 ; 4,3 ; 4,4 ;
4,5 ; 4,6 ; 5,1 ; 5,2 ; 5,3 ; 5,4 ; 5,5 ; 5,6 ; 6,1 ; 6,2 ; 6,3 ; 6,4 ; 6,5 ;
6,6}
n(S) = 36
Tentukan ruang sampel dan banyaknya
anggota ruang sampel :
1. Pada
pelemparan sebuah mata uang.
Jawab : S = {A, G}
n(S) = 2
2. Pada
pelemparan sebuah dadu
Jawab : S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
n(S)
= 6
3. Pada
pelemparan 2 buah mata uang
Jawab
: S = {AAA, AAG, AGA, AGG, GAA, GAG, GGA, GGG}
n(S) =
8
4.
Pada pelemparan 2 buah
dadu
Jawab
: S = {1,1 ; 1,2 ; 1,3 ; 1,4 ; 1,5 ; 1,6 ; 2,1 ; 2,2 ; 2,3 ; 2,4 ; 2,5 ; 2,6 ;
3,1 ; 3,2 ; 3,3 ; 3,4 ; 3,5 ; 3,6 ; 4,1 ; 4,2 ; 4,3 ; 4,4 ; 4,5 ; 4,6 ; 5,1 ;
5,2 ; 5,3 ; 5,4 ; 5,5 ; 5,6 ; 6,1 ; 6,2 ; 6,3 ; 6,4 ; 6,5 ; 6,6}
n(S) = 36
Tiap
kejadian berkaitan dengan sekelompok titik sampel yang membentuk himpunan
bagian ruang sampel tersebut. Himpunan bagian ini mewakili semua unsur yang
membuat kejadian tersebut dapat muncul.
Def.
1 : Kejadian adalah himpunan
bagian dari ruang sampel.
Contoh :
Pada percobaan melempar sebuah dadu bermata 6, pada ruang
sampelnya terdapat sebanyak 6 titik sampel, yaitu munculnya sisi dadu bermata
1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Kejadian
- kejadian
yang mungkin terjadi misalnya :
·
Munculnya mata dadu
ganjil
·
Munculnya mata dadu
genap
·
Munculnya mata dadu
prima
2.
Pengertian Peluang
Peluang dalam pengertian awam.
à “Kemungkinan”
Misal:
1.
Hari ini
kemungkinan besar akan turun hujan.
2.
Ukraina kemungkinan
besar akan menjadi juara Piala Eropa 2012.
Teori Matematika untuk peluang
tiap titik sampel disebut sebagai pembobot (weights), dengan nilai
antara 0 sampai 1.
Setiap titik dalam ruang sampel diboboti sedemikian
rupa hingga jumlah keseluruhan dari pembobot menjadi 1.
Ø Kejadian dengan kemungkinan tinggi diberi bobot mendekati
1.
Ø Kejadian yang lebih mustahil diberi bobot mendekati 0.
Peluang Kejadian dalam Statistika dinyatakan dalam ratio
atau perbandingan.
Peluang kejadian A dinotasikan sebagai P(A).
Peluang kejadian A adalah : jumlah peluang semua titik
sampel yang menyusun kejadian (nilai kisaran
peluang) A sehingga à
di
mana :
P (S) = 1 à Peluang Kejadian yang pasti terjadi.
P (Ø) = 0 à Peluang Kejadian yang pasti tidak terjadi.
Contoh
:
Sebuah uang logam dengan sisi H dan T dilantunkan dua
kali. Berapa peluang kejadian A muncul sedikitnya satu buah sisi H?
Jawab:
Himpunan titik cuplikan dari percobaan ini adalah
S = {HH, HT, TH, TT}.
Dengan menganggap uang logam tak bias, setiap hasil
memiliki kebolehjadian yang sama. Jika masing-masing pembobot adalah w, maka
dengan demikian
Jika A menyatakan kejadian muncul sedikitnya satu kali H,
maka
A= {HH, HT, TH} dan
Dalil
: Peluang Kejadian
Jika setiap titik sampel
mempunyai peluang yang sama maka:
Dimana:
n : banyak titik sampel penyusun Kejadian A
N : banyak titik sampel dalam Ruang sampel (S)
Contoh
:
Berapa peluang memperoleh kartu berwarna As hitam bila sebuah kartu diambil secara acak dari
seperangkat kartu bridge?
Jawab:
n = banyak
kartu As hitam = 2
N = banyak kartu
bridge = 52
P(As Hitam) 
3.
Kisaran
Nilai Peluang
Untuk mengetahui
kisaran nilai peluang, perhatikan soal berikut:
Contoh :
Sebuah dadu dilemparkan
sekali, tentukan peluang munculnya
a. Mata dadu 8
b. Mata dadu kurang
dari 7
Penyelesaian:
a. S
= {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
misal kejadian muncul
mata dadu 8 adalah A
A = { }, n(A) = 0

Kejadian muncul mata dadu 8 adalah kejadian mustahil,
P(A) = 0
b. S
= {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
misal kejadian muncul
mata dadu kurang dari 7 adalah B
B = {1, 2, 3, 4, 5, 6},
n(B) = 6
Kejadian muncul mata
dadu kurang dari 7 adalah kejadian pasti, P(A) = 1
Jadi kisaran nilai peluang: 0 ≤ P(A) ≤ 1
4.
Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan dari
sejumlah kejadian merupakan banyaknya kejadian dikalikan dengan peluang
kejadian itu. Misalnya pada percobaan
dilakukan
kali, maka frekuensi harapannya ditulis
sebagai berikut.
Contoh :
Pada percobaan
pelemparan 3 mata uang logam sekaligus sebanyak 240 kali, tentukan frekuensi
harapan munculnya dua gambar dan satu angka.
Penyelesaian:
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG} ⇒
n(S) = 8
A = {AGG, GAG, GGA} ⇒
n(A) = 3
C.
Kejadian Majemuk
Def. 2 : Suatu kejadian yang
hanya mengandung satu titik
sampel disebut kejadian sederhana. Suatu kejadian majemuk ialah kejadian yang dapat dinyatakan sebagai gabungan beberapa kejadian sederhana.
a.
Kejadian Sederhana
Contoh
:
Pada percobaan pelemparan dadu bersisi enam,
kejadian-kejadian sederhana adalah
{1} yaitu
kejadian munculnya mata dadu 1
{2} yaitu
kejadian munculnya mata dadu 2
{3}
yaitu kejadian munculnya mata dadu 3
{4}
yaitu kejadian munculnya mata dadu 4
{5}
yaitu kejadian munculnya mata dadu 5
{6}
yaitu kejadian munculnya mata dadu 6
b. Kejadian Majemuk
Contoh :
Pada percobaan pelemparan dadu bersisi enam,
kejadian - kejadian majemuk adalah:
• kejadian munculnya mata dadu kurang dari 3 adalah {1,2}
• kejadian munculnya mata dadu genap adalah {2,4,6}
• kejadian munculnya mata dadu kurang dari 5 adalah {1,2,3,4}
Contoh:
• Untuk percobaan / pengamatan jenis kartu, dimana S={ ♥,
♠, ♣, ♦}
• Maka A = {♥} adalah kejadian sederhana, sedangkan B = {♥, ♦} adalah kejadian majemuk.
• Sebaliknya, jika S = { seluruh 52 buah kartu yang dilihat
satu persatu },
• maka A = { semua kartu ♥ } adalah kejadian majemuk.
1.
Peluang Komplemen
Def. 7
: Komplemen suatu kejadian A terhadap S ialah himpunan semua unsur yang tidak
termasuk A. Komplemen suatu kejadian A
disimbolkan Ac.
Untuk
mempelajari peluang komplemen, perhatikan contoh berikut.
Contoh :
Pada
pelemparan sebuah dadu sekali, berapakah peluang munculnya:
a.
nomor dadu ganjil,
b. nomor dadu tidak
ganjil?
Penyelesaian:
a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(S) = 6.
A
adalah kejadian keluar nomor dadu ganjil
A
= {1, 3, 5}, maka n(A) = 3 sehingga
b. B
adalah kejadian keluar nomor dadu tidak ganjil
B
= {2, 4, 6}, maka n(B) = 3 sehingga,
Peluang B adalah
Peluang komplemen dari A
Dari contoh tersebut
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa :
P(A) + P(AC) = 1 atau P(AC) = 1 – P(A)
2.
Peluang Gabungan
Def. 4
: Irisan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan lambang A
B, ialah kejadian yang unsurnya termasuk
dalam A dan B.
Def. 5 : Dua kejadian A dan
B saling terpisah bila A
B = ∅
Def. 6 : Gabungan dua kejadian A
dan B, dinyatakan
dengan lambang A U B, ialah kejadian yang mengandung semua unsur yang termasuk
A atau B atau keduanya.
Hasil -
Hasil
Penting
·
A ∩ ∅ =
∅
·
A ∪ ∅ = A
·
A ∩ A’ = ∅
·
A ∪
A’ = S
·
S’ = ∅
·
∅’
= S
·
(A’)’ = A
Contoh :
Jika A =
{bilangan ganjil kurang dari 10}. B
= {Bilangan
kelipatan 2 kurang dari 10}. Tentukan:
a.
A = 
n(A)
= 5
B
= 
n(B)
= 4
b.
Diagram Venn
c.
A
B = ∅
d.
A U B = 
e.
Ac =

Bc
= 
f.
(A
B)c
= 
g.
(A U B)c = ∅
h.
(A
- B)
=
i.
(B
- A)
=
j.
(A
- B)c
=
(B
- A)c
=
3.
Kejadian Saling Lepas
Dua kejadian dikatakan saling
bebas (independen) jika terjadinya kejadian yang satu tidak mempengaruhi
kemungkinan terjadinya kejadian yang lain.
Contoh :
·
Ketika melempar koin dua kali, hasil dari lemparan pertama
tidak mempengaruhi hasil dari lemparan kedua.
·
Ketika mengambil dua kartu dari satu set kartu permainan (52
kartu), kejadian 'mendapatkan raja (K)' pada kartu pertama dan kejadian
'mendapatkan kartu hitam' pada kartu kedua adalah tidak saling bebas.
Peluang pada kartu kedua berubah setelah kartu yang pertama diambil. Kedua
kejadian di atas akan menjadi saling bebas jika setelah mengambil kartu yang
pertama, kartu tersebut dikembalikan ke set semula (sehingga set kartu itu
lengkap kembali, 52 kartu).
Untuk dua kejadian saling bebas, A dan B,
peluang untuk keduanya terjadi, P(A dan B), adalah
hasil perkalian antara peluang dari masing-masing kejadian.
Misalnya, ketika melempar koin dua
kali, peluang mendapat 'gambar' (G) pada lemparan pertama lalu mendapat 'angka'
(A) pada lemparan kedua adalah
P(G dan A) 
P(G dan A) 
P(G dan A) 
Dua kejadian dikatakan saling
terpisah jika kedua kejadian tersebut tidak dapat terjadi secara bersamaan.
Contoh :
·
Ketika melempar sekeping koin, kejadian 'mendapat gambar'
dan kejadian 'mendapat angka' adalah saling terpisah, sebab keduanya tidak
mungkin terjadi secara bersamaan.
·
Ketika melempar sebuah dadu bermata 6, kejadian 'mendapat 1'
dan kejadian 'mendapat 4' adalah saling terpisah, sebab keduanya tidak mungkin
terjadi secara bersamaan. Tetapi kejadian 'mendapat 3' dan kejadian 'mendapat
bilangan ganjil' adalah tidak saling terpisah, sebab keduanya bisa
terjadi secara bersamaan. (yaitu ketika mendapatkan 3, yang juga berarti
mendapat bilangan ganjil).
Untuk dua kejadian saling terpisah, A dan B,
peluang salah satu terjadi, P(A atau B), adalah
jumlah dari peluang masing-masing kejadian.
Misalnya, ketika memilah bola secara
acak dari keranjang yang berisi 3 bola biru, 2 bola hijau, dan 5 bola merah,
peluang mendapat bola biru atau merah adalah
P(Biru atau Merah) 
P(Biru atau Merah) 
P(Biru atau Merah) 
Untuk kejadian yang tidak saling
terpisah peluang terjadinya salah satu atau keduanya adalah
dimana
adalah peluang kejadian A dan kejadian B
terjadi secara bersamaan.
Misalnya, ketika mengambil kartu
dari satu set kartu permainan (52 kartu), peluang mendapat kartu merah atau
raja adalah
P(Merah atau Raja) = 
P(Merah atau Raja) 
P(Merah atau Raja) 
Sebuah kartu bisa merah, raja, atau
keduanya (yaitu raja merah). Jadi kita harus mengurangi peluang kartu itu
adalah raja merah, karena peluang itu sudah termasuk ketika kita menghitung
peluang untuk kartu merah dan peluang untuk kartu raja.
4.
Kejadian Bersyarat
Untuk dua kejadian A dan B, peluang bersyarat
dari A, adalah peluang A dimana B telah terjadi (atau
tidak terjadi).
Peluang bersyarat A dimana B didefinisikan
sebagai
Jika kejadian A dan B
saling bebas (independen),
. Sehingga
Jika kejadian A dan B
saling terpisah,
. Sehingga, jika
, maka
.
Contoh :
Di sebuah daerah, peluang bahwa
suatu hari akan berawan adalah 0.4. Diketahui juga bahwa peluang suatu hari
berawan dan hujan adalah 0.3. Jikalau hari ini berawan, berapakah peluang bahwa
hari ini akan hujan?
Jawab
:
Marilah kita lambangkan kejadian
hari berawan dengan A dan kejadian hari hujan dengan H.
Contoh :
Di sebuah kota, rasio (perbandingan)
antara pria dan wanita adalah
. Tiga puluh persen dari pria adalah
vegetarian (hanya makan sayur). Berapakah prosentase dari penduduk kota itu
yang merupakan pria vegetarian?
Jawab :
Marilah kita lambangkan peluang
kejadian sembarang penduduk kota itu yang kita pilih adalah pria dengan L
dan peluang kejadian sembarang penduduk kota itu yang kita pilih adalah
vegetarian dengan V.
Jadi,
18 % dari penduduk kota itu adalah pria vegetarian.
Soal :
1.
Sebuah rumah makan
akan membuat paket menu yang terdiri dari : sup, salad, steak dan es krim.
Bila rumah makan tersebut mempunyai 4 jenis sup, 2 jenis
salad, 5 jenis steak dan 3 jenis es krim. Berapa paket menu yang dapat dibuat?
2.
Berapa banyak
bilangan 4 digit yang dapat dibentuk dari angka 3, 4, 6, 7, dan 8
3.
Berapa
cara menyusun bola lampu merah, biru, kuning dan hijau?
4.
Dari 40 nomor
rekening akan diundi 3 untuk memenangkan hadiah. Undian urutan pertama akan
memperoleh uang tunai 50 juta,
undian urutan kedua memperoleh paket wisata dan undian urutan ketiga memperoleh
sebuah motor. Berapa banyaknya susunan pemenang yang mungkin terbentuk jika
satu nomor rekening hanya berhak atas satu hadiah?
5.
Pada percobaan
pelemparan sebuah dadu sekali, A adalah kejadian muncul bilangan ganjil. B
adalah kejadian muncul bilangan lebih dari 3. Tentukan:
a.
A =
n(A) =
B =
n(B) =
b.
Diagram Venn
c.
A
B =
d.
A U B =
e.
Ac =
Bc
=
f.
(A
B)c
=
g.
(A U B)c =
h.
(A
- B)
=
i.
(B
- A)
=
j.
(A
- B)c
=
(B
- A)c
=
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman, Maman. 2012. Matematika untuk SMA-IPA. Bandung : CV
Pustaka Setia
Indriyastuti.2008. Matematika 2 Untuk kelas XI SMA/MA IPA. Solo : PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri